Monday, September 24, 2012

Cermati Empat Menteri dalam 100 Hari Pertama


Ketika dua gubernur ini diundang untuk berdebat di Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi (JPIP) pada Juni lalu, kami memang berharap salah satunya akan sangat baik kalau bisa menjadi menteri da­lam negeri: Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzi dan Guber­nur Gorontalo Fadel Muhamad.

Dua-duanya gubernur yang sangat berprestasi, meski melakukan pen­dekatan yang berlawanan. Gamawan lebih cenderung sentralisasi, namun dengan aturan yang jelas dan mudah. Sedangkan Fadel berpihak pada otonomi daerah yang lebih penuh.

Perdebatan hari itu sangat menarik. Dua kutub yang berlawanan namun dengan tujuan sama: memajukan Indonesia. Dua-duanya sangat gamblang dalam memberikan alasan. Dan dua-duanya membuahkan hasil yang gemilang.

Sunday, September 16, 2012

Harta Utama yang Diserahkan secara Cuma-cuma


Ketika berada di tengah-tengah kesulitan yang berat, jangan sekali-kali melupakan kemampuan diri sendiri.

Itulah akibatnya kalau Pertemuan Puncak Media Sedunia dilakukan di Beijing. Inspirasi untuk keluar dari kesulitan pun segera muncul meski harus mengutip kata-kata Mao Zedong di atas. Filsafat Mao Zedong itu langsung masuk dalam salah satu rumusan pertemuan puncak mengingat sulitnya situasi yang dialami media sekarang. Khususnya media cetak yang dinilai sudah berada di ambang kiamat.

Dalam situasi yang sulit itu banyak media cetak yang hanya mengeluh, panik, dan bahkan menyerah pada nasib begitu saja. Banyak juga yang buru-buru beralih ke online dengan prinsip yang kelihatannya masuk akal: sama-sama akan mati, mengapa tidak “lari” sekarang saja. Seolah-olah satu-satunya kemampuan mereka hanyalah lari. Sampai-sampai mereka lupa mencoba jurus-jurus khusus sesuai kemampuan masing-masing.

Adik-Adik yang Membanggakan


Menyaksikan siaran langsung penyerangan yang dilakukan polisi terhadap rumah yang dihuni buron teroris kakap Noordin M Top di Desa Beji, Temanggung, Jumat sore sampai Sabtu siang kemarin, perasaan saya campur aduk: mula-mula tegang, lalu menjengkelkan, berkembang ke rasa bangga dan berakhir agak kecewa.

Mula-mula, Jumat sore, saya pindah-pindah saluran antara TV-One dan Metro TV. Agak malam saya terus-menerus melihat Metro TV. Terasa sekali dua stasiun TV ini bersaing dalam menyajikan peliputan terbaik. Dan Metro TV saya nilai menang tipis malam itu. Hanya sesekali saya mengecek ke saluran TV-One, terutama kalau di Metro TV lagi siaran iklan.

Wednesday, September 12, 2012

Susu Sapi Bukan untuk Manusia


Tidak ada makhluk di dunia ini yang ketika sudah dewasa masih minum susu -kecuali manusia. Lihatlah sapi, kambing, kerbau, atau apa pun: begitu sudah tidak anak-anak lagi tidak akan minum susu. Mengapa manusia seperti menyalahi perilaku yang alami seperti itu?

“Itu gara-gara pabrik susu yang terus mengiklankan produknya,” ujar Prof Dr Hiromi Shinya, penulis buku yang sangat laris: The Miracle of Enzyme (Keajaiban Enzim) yang sudah terbit dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama. Padahal, katanya, susu sapi adalah makanan/minuman paling buruk untuk manusia. Manusia seharusnya hanya minum susu manusia. Sebagaimana anak sapi yang juga hanya minum susu sapi. Mana ada anak sapi minum susu manusia, katanya.

Tuesday, September 4, 2012

Dari Sakit Hati ke Proklamasi Harga Diri


Sakit hati, ada kalanya sangat penting. Banyak orang sukses bermula karena sakit hati: kepada saudara, tetangga, teman, mantan pacar, mantan kongsi, atau kepada pesaing yang pernah mengalahkannya.

Sakit hati kadang juga menyangkut harga diri. Banyak orang sukses bukan karena ingin kaya, tapi karena tidak ingin harga dirinya diremehkan. Mereka ini golongan yang, setelah sukses, tidak kelihatan menikmati kekayaannya untuk kemewahan hidupnya.

Sakit hati juga biasa datang dari orang pandai yang merasa kepandaiannya tidak dimanfaatkan. Bisa juga datang dari orang yang merasa terjajah, yang kemudian ingin mengalahkan bekas penjajahnya.

Bisakah sakit hati dilakukan secara berjamaah? Oleh satu kelompok? Agar kelompok itu sukses secara bersama-sama? Bisakah sakit hati dilakukan secara nasional? Sehingga bangsa itu secara keseluruhan bisa sukses?

Setelah Hidup Diperpanjang Lima Tahun


HARI ini, Senin 6 Agustus 2012, genap lima tahun saya “hidup baru”. Allahu Akbar! Kalau teringat begitu parahnya kondisi badan saya lima tahun yang lalu, rasanya tidak terbayangkan saya masih bisa hidup hari ini. Allahu Akbar! Apalagi dengan kualitas hidup yang nyaris sempurna seperti sekarang ini. Allahu Akbar!

Sejak saya muntah darah tujuh tahun lalu, dan kemudian diketahui sepanjang saluran pencernaan saya sudah penuh dengan gelembung darah yang siap pecah (akan diikuti dengan muntah darah atau buang air darah), harapan hidup waktu itu hampir hilang.Harapan hidup itu lebih tipis lagi setelah diketahui bahwa limpa saya sudah membesar.

Monday, September 3, 2012

Membenahi “Petruk bermotor” untuk Merak


Ini kisah tentang seorang pemimpin baru. Pemimpin yang levelnya kelas menengah, sehingga bisa kena petir dari atas dan kena bara dari bawah.

Ini kisah seorang pemimpin kelas menengah yang dalam posisinya yang tanggung, harus melakukan pembenahan, perombakan, dan perbaikan. Ini kisah seseorang yang sebenarnya hanya manajer, tapi karena tindakannya jadilah dia seorang pemimpin. Kisah ini bermula dari krisis keadaan.

Tentu masih ingat keruwetan tiga bulan lalu. Keruwetan di pelabuhan penyeberangan Merak. Banyak kapal feri rusak. Dermaga tidak kunjung selesai diperbaiki. “Petruk” ada di mana-mana. Antrean mobil yang hendak  menyeberang ke Sumatera “mengular kobra”. Bahkan sampai ke jalan tol. Berkilo-kilo meter. Berhari-hari. Ruwet. Kisruh.

Banyak yang pesimistis keadaan bisa segera diurai. Padahal tidak lama lagi musim mudik Lebaran tiba. Alangkah amburadulnya mudik Lebaran itu nanti.

Bumper-bumper Besar di tengah Krisis Besar


Sambil mengikuti sidang kabinet yang membicarakan pertumbuhan ekonomi di Kementerian Perindustrian Jumat lalu, saya iseng-iseng mengingat di luar kepala proyek apa saja yang akan dikerjakan BUMN untuk mendukung pertumbuhan ekonomi itu.

Saya buat daftarnya di kertas. Ternyata banyak sekali.

Tahun ini saja 15 pabrik besar harus mulai dibangun. Ketika Presiden SBY menyebut dampak krisis ekonomi Eropa pada pertumbuhan ekonomi kita, saya pun punya tekad bulat: tidak boleh satu pun dari 15 proyek tersebut yang batal atau ditunda.

Krisis ekonomi yang kian berat memang mengerikan, tapi BUMN harus bisa jadi salah satu bumper bagi ekonomi Indonesia.

Mogok di Hari Pertama, 100 km/jam Hari-hari Berikutnya


”Mogok lagi ya Pak?” tanya seorang wartawan melalui SMS. Rupanya, sekitar pukul 17.00 itu twitter sudah ramai berkicau bahwa ujicoba hari kedua Mobil Listrik Ahmadi ini mogok lagi. Bukan main senangnya mereka yang berharap proyek mobil listrik ini gagal.

Maka untuk menambah kegembiraan itu, saya pun menjawab sekenanya: Mogoooooook! Hehehe!

Saat itu sebenarnya ujicoba belum dimulai. Jam-jam itu (Selasa, 17 Juli 2012) saya masih bersama wartawan di restoran di Depok, 2 km dari workshop milik Dasep Ahmadi. Ujicoba baru akan dimulai pukul 19.00. Memang, awalnya ujicoba dilakukan pukul 15.00. Yakni setelah saya kembali dari mengikuti Bapak Presiden SBY menghadiri HUT GP Ansor di Solo.

Abah Sorgum yang Mendorong Tepung Antiautis


Sejumlah ahli sorgum berkumpul di Kementerian Riset dan Teknologi. Saya dan Menristek Dr Gusti M Hatta ikut hadir. Mereka bukan saja yang ahli dalam hal keilmuan seperti Prof  Dr Sungkono dari Universitas Lampung (dan IPB), tapi juga para praktisi yang sudah mempraktikkan menanam sorgum di berbagai wilayah.

Kita memang punya problem yang kelihatannya sulit dipecahkan seumur hidup kita:  kita ini akan terus impor gandum besar-besaran setiap tahun. Sejak lebih 40 tahun lalu dan sampai entah berapa ratus tahun lagi.

Kebiasaan kita makan mie dan roti tidak akan bisa dibendung lagi. Berarti pemakaian gandum akan terus meningkat. Padahal kita tidak bisa menanam gandum di Indonesia. Tanah kita dan iklim kita tidak cocok untuk tanaman gandum.