Yang menarik di jaman SBY ini adalah pertarungan antara Menteri SBY yaitu : Menteri BUMN Dahlan Iskan dengan Menteri Pertanian Suswono. Disini Suswono yang menguasai jaringan Departemen Pertanian memiliki koridor dengan Presiden PKS yang saat ini ditangkap KPK dan dijadikan tersangka karena menjadi bohir atas impor Sapi Luthfi Hasan Ishaaq.
Ditengarai Luthfi adalah orang yang menyuruh A. Fathanah yang digelandang KPK di Hotel Le Meridien sedang berasik masyuk dengan perempuan dan ketika ditangkap berdua telanjang, kehancuran moralitas baik tanggung jawab moral pada Agama dan tanggung jawab moral kepada rakyat hancur sudah, gara-gara soal mainan kuota impor.
Pihak Menteri Pertanian membuka keras Keran Impor sementara dipihak lain Dahlan Iskan berkecipak keringat menciptakan kemandirian sapi lewat BUMN yang hampir kolaps bernama Berdikari United Livestock (BULI), Dahlan menggebrak meja soal kemandirian daging karena ia merasa keran impor bukan saja bikin susah peternak tapi juga secara jangka panjang menghancurkan pangsa pasar kita sebagai produsen peternakan sapi.
Kita adalah negara terbesar di Asia Tenggara yang memiliki potensi lahan luar biasa luas, PT BULI sendiri memiliki lahan 6000 hektar dan ini merupakan ranch terbesar di Asia Tenggara, Ranch ini akan jadi centruum dari ekonomi rakyat yang mengelilinginya.
Awalnya PT BULI sebagai BUMN nyaris saja tersungkur karena gagal manajemen dan pengolahan yang tidak fokus, BUMN mengurusi perusahaan asuransi dan mebel, ketika Dahlan masuk jadi Menteri BUMN dia berteriak untuk BULI ini agar hanya ngurusin “sapi…sapi dan sapi…!”
Lalu Dahlan bertindak cepat, ia membereskan internal perusahaan BUMN ini dan menunjuk seorang Perempuan cerdas untuk mengelola langsung Ranch, nama orang ini adalah Ir. Ria Kusumaningrum. Awalnya manajemen PT BULI berantakan, namun kemudian perlahan manajemen PT BULI terkonsep dengan teratur, sistem yang diciptakan sendiri tidak lagi menerapkan gaya Australia yang melepaskan saja sapi-sapi di ranch, tapi dengan membuat kombong (kandang tanpa atas), pembuatan kombong ini jelas akan menjadikan jumlah sapi menjadi massif karena tidak membutuhkan lahan yang banyak, secara teori lahan 6.000 hektar itu bisa memuat hanya 6.000 sapi tapi kemudian bila menggunakan sistem kombong ditargetkan bisa menciptakan 50.000 sapi.
Menurut catatan Kementerian Pertanian kebutuhan sapi potong, sapi perah dan kerbau sebesar 3 jutaan ekor. Apakah BUMN ini bisa memenuhi pasokan, jawabannya bisa saja asal di setiap wilayah yang masih luas lahannya tercipta dan di copy paste sistem peternakan terpadu yang dipandu BUMN dimana disekitarnya ada peternakan rakyat, selain itu Pasar atas Sapi dan ternak jangan diganggu oleh keran impor, strategi pengembangan ini harus jadi tanggung jawab, sinyal adanya permainan kuota impor itu menandakan ada yang tidak beres soal aliran distribusi kekayaan, dengan mengurangi impor permainan kuota bisa dihilangkan dan rakyat tidak lagi dikerjain harga daging di pasaran.
Dahlan sendirian di kabinet SBY yang bertempur soal kemandirian daging sapi sementara pihak Kementerian Pertanian sama sekali acuh terhadap langkah Dahlan Iskan. Mustinya hal tersebut bisa menjadi titik awal koordinasi karena tugas Kementerian Pertanian adalah menciptakan iklim yang kuat agar kerja-kerja rakyat jangan diganggu dengan kebijakan yang menggantungkan diri pada asing.
Nah untuk menjawab ini sebenarnya kita kembali pada awal tulisan ini ‘Politik Pasar’ adakah goodwill dari Pemerintahan SBY terhadap politik pasar tapi yang lebih terintegrasi, bisakah PT BULI dijadikan pemain dunia atas ekspor sapi dan memenuhi kebutuhan nasional, saya rasa jawabannya kita harus jujur, mau berpihak kemana, berpihak pada Rakyat atau masih seneng makan duit patgulipat kuota?
Saya rasa ke depan kita masih punya harapan agar bangsa ini menjadi pemain eksportir daging terbesar di dunia bukannya malah jadi pengimpor sapi dan harga sapi semakin mahal.
-Anton DH Nugrahanto-.
Mudah-mudahan para penghujat Dahlan Iskan membaca tulisan ini dan sadar nhw orang yg mereka hujat itu jauh lebih baik dari yg mefeka duga selama ini.
ReplyDelete