RICKY ELSON, mungkin sudah banyak yang tahu. Bahkan, mungkin juga pernah bertemu. Bagi yang belum tahu, dia adalah pemuda berdarah Minang, pakar teknologi motor penggerak listrik, salah satu jenius di bidangnya. Dia 14 tahun berguru di Jepang, memperdalam ilmu motor listrik tersebut. Ricky bukan hanya berguru. Dia juga membuat banyak penemuan yang bahkan beberapa di antaranya sudah dipatenkan atas namanya, di negeri Sakura itu.
Proyek mobil listrik. Ya, mungkin juga sudah banyak yang tahu, bahwa Ricky adalah salah satu dari lima pakar teknologi motor listrik yang dikumpulkan Dahlan Iskan untuk mewujudkan proyek mobil listrik nasional. Lima pakar yang disebut Pandawa Putra Petir, yang salah satu tugasnya menyiapkan berbagai jenis mobil listrik untuk keperluan para tamu negara yang akan hadir dalam APEC di Nusa Dua, Bali, Oktober mendatang.
Selain mempersiapkan mobil listrik untuk APEC, Ricky juga punya proyek lain: Membangun pembangkit listrik mikro, dengan tenaga angin di Sumba. Ini, saya yakin, juga sudah banyak yang tahu. Bahkan, sudah ada yang menuliskannya. Baik di facebook, blog, atau media lainnya.
Namun, tetap ada yang ingin saya bagi, dari obrolan dengan Ricky, ketika kami bertemu, Jumat (2/8). Ricky siang itu begitu antusias memaparkan tentang obsesinya mengembangkan pembangkit listrik-pembangkit listrik mikro. Sasarannya adalah desa-desa yang sulit terjangkau di seluruh pelosok Indonesia. Sasaran lebih lanjut, membangkitkan ekonomi rakyat di desa-desa terpencil itu.
''Kita harus meneruskan apa yang sudah dikembangkan oleh Ibu Puni. Harus ada generasi muda yang mau meneruskan semangat itu,'' katanya, antusias.
Ibu Puni yang dimaksud adalah Tri Mumpuni. Dia adalah salah satu wanita hebat di negeri ini. Lewat lembaganya --Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (Ibeka), dia membangkitkan ekonomi desa-desa terpencil. Selalu dengan langkah awal, membangun pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH).
Tidak kurang 60 desa sejauh ini berhasil dibangkitkan ekonominya oleh Ibeka. Semua adalah desa tanpa listrik. Bu Puni bersama Ibeka lantas mengajak masyarakat untuk bersama-sama mebangun PLTMH, dengan memanfaatkan sumber air yang ada di desa itu sebagai penggerak turbin pembangkit.
Aksi Bu Puni dan Ibeka itu bukan saja membuat senang masyarakat desa-desa tersebut. Tapi, juga mendapat pengakuan internasional. Wanita hebat yang selalu tampil bersahaja itu, misalnya mendapat penghargaan Ramon Magsaysay --sering disebut Nobel-nya Asia--. Barrack Obama juga mengapresiasi aksi wanita kelahiran Semarang ini, dengan menyebut nama Tri Mumpuni secara khusus dalam satu forum kewirausahaan internasional.
Bu Puni inilah yang salah satunya menginspirasi Ricky membangun pembangkit listrik mikro di empat daerah di Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT). Bedanya, Ricky tidak menggunakan tenaga air. Dia memanfaatkan tenaga angin, yang melimpah di Sumba.
Untuk mewujudkan proyek itu, Ricky memeras otaknya untuk membuat motor penggerak turbin dengan tenaga angin. Dia juga merogoh kantongnya untuk berbagia biaya. Pemuda yang seperti Bu Puni juga tergolong bersahaja ini, juga harus rela bolak-balik Jakarta-Sumba untuk mengontrol proyek mikro ini. Dia menyempatkan diri, dengan mengurangi sebanyak mungkin waktu rehatnya, di sela-sela tugas utama menggarap proyek mobil listrik untuk APEC.
''Alhamdulillah, kini sudah jalan. Sekarang saya siap tunjukkan ke Pak Dahlan. Kebetulan Agustus ini beliau akan ke NTT, nanti saya ajak lihat proyek saya,'' kata Ricky.
Sebelum ini, Ricky memang tidak banyak ngomong soal proyek listriknya itu dengan Dahlan Iskan. Dia mengaku baru aka memberi tahu kalau sudah berhasil. Rupanya, pria 33 tahun ini, sudah berpikir seperti orang Jepang: baru ngomong kalau memang sudah ada hasilnya.
Dengan cara berpikir seprerti orang Jepang itu pula, Ricky mengaku punya obsesi lebih. Dia ingin terus mengembangkan proyek pembangkit listrik mikro dengan memangaatkan tenaga alternatif non fosil itu. Dia ingin menciptakan motor-motor yang nantinya bisa dimanfaatkan, bukan saja untuk Indonesia, tapi di seluruh dunia.
''Di Jepang kami diajari demikian. Bukan saja, berpikir semata untuk negara kita, tapi untuk dunia. Saatnya kita makin serius menggunakan tenaga non fosil yang lebih aman dan ramah lingkungan,'' katanya.
Namun, Ricky tetap nasionalis. Untuk bisa mendunia, dia juga prinsip harus berbuat yang terbaik dulu buat Indonesia. Dia harus berkarya maksimal dulu, Demi Indonesia.
Dari situlah, Ricky pun punya obsesi mengikuti langkah Tri Mumpuni dan Ibeka-nya untuk membangun desa-desa di Indonesia. Antara lain, lewat pembangunan pembangkit listrik mikro tenaga angin, yang diikuti dengan konsep pembangunan pedesaan terpadu.
Untuk itu, Ricky mengaku perlu dukungan para pemuda Indonesia yang siap berjuang Demi Indonesia. Dia perlu, lulusan-lulusan perguruan tinggi yang membangun pelosok-pelosok terpencil di Indonesia.
''Saya sedih kalau mendengar ada lulusan teknik tapi bekerja di bank. Di kota besar lagi . Memang enak, tapi sungguh disayangkan bukan. Tenaga mereka sebenarnya lebih dibutuhkan untuk membangun Indonesia,'' ujarnya.
Namun, Ricky yakin tetap bisa menemukan generasi muda yang siap berjuang Demi Indonesia. Dia sudah membuktikan di Sumba. Dia berhasil mengajak beberapa anak muda dari berbagai daerah, untuk bergabung dengan masyarakat Sumba setempat, membangun desa mereka.
Ricky, yang berhasil diyakinkan Dahlan Iskan untuk kembali ke Indonesia ikut membangun negaranya, kini juga punya semangat ala Dahlan Iskan. Dia pun siap terus mencari para peuang muda Indonesia, untuk bersama-sama membangun negeri tercinta ini. Demi Indonesia Jaya.
Agung Pamujo
@pamzeppelin
Proyek mobil listrik. Ya, mungkin juga sudah banyak yang tahu, bahwa Ricky adalah salah satu dari lima pakar teknologi motor listrik yang dikumpulkan Dahlan Iskan untuk mewujudkan proyek mobil listrik nasional. Lima pakar yang disebut Pandawa Putra Petir, yang salah satu tugasnya menyiapkan berbagai jenis mobil listrik untuk keperluan para tamu negara yang akan hadir dalam APEC di Nusa Dua, Bali, Oktober mendatang.
Selain mempersiapkan mobil listrik untuk APEC, Ricky juga punya proyek lain: Membangun pembangkit listrik mikro, dengan tenaga angin di Sumba. Ini, saya yakin, juga sudah banyak yang tahu. Bahkan, sudah ada yang menuliskannya. Baik di facebook, blog, atau media lainnya.
Namun, tetap ada yang ingin saya bagi, dari obrolan dengan Ricky, ketika kami bertemu, Jumat (2/8). Ricky siang itu begitu antusias memaparkan tentang obsesinya mengembangkan pembangkit listrik-pembangkit listrik mikro. Sasarannya adalah desa-desa yang sulit terjangkau di seluruh pelosok Indonesia. Sasaran lebih lanjut, membangkitkan ekonomi rakyat di desa-desa terpencil itu.
''Kita harus meneruskan apa yang sudah dikembangkan oleh Ibu Puni. Harus ada generasi muda yang mau meneruskan semangat itu,'' katanya, antusias.
Ibu Puni yang dimaksud adalah Tri Mumpuni. Dia adalah salah satu wanita hebat di negeri ini. Lewat lembaganya --Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (Ibeka), dia membangkitkan ekonomi desa-desa terpencil. Selalu dengan langkah awal, membangun pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH).
Tidak kurang 60 desa sejauh ini berhasil dibangkitkan ekonominya oleh Ibeka. Semua adalah desa tanpa listrik. Bu Puni bersama Ibeka lantas mengajak masyarakat untuk bersama-sama mebangun PLTMH, dengan memanfaatkan sumber air yang ada di desa itu sebagai penggerak turbin pembangkit.
Aksi Bu Puni dan Ibeka itu bukan saja membuat senang masyarakat desa-desa tersebut. Tapi, juga mendapat pengakuan internasional. Wanita hebat yang selalu tampil bersahaja itu, misalnya mendapat penghargaan Ramon Magsaysay --sering disebut Nobel-nya Asia--. Barrack Obama juga mengapresiasi aksi wanita kelahiran Semarang ini, dengan menyebut nama Tri Mumpuni secara khusus dalam satu forum kewirausahaan internasional.
Bu Puni inilah yang salah satunya menginspirasi Ricky membangun pembangkit listrik mikro di empat daerah di Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT). Bedanya, Ricky tidak menggunakan tenaga air. Dia memanfaatkan tenaga angin, yang melimpah di Sumba.
Untuk mewujudkan proyek itu, Ricky memeras otaknya untuk membuat motor penggerak turbin dengan tenaga angin. Dia juga merogoh kantongnya untuk berbagia biaya. Pemuda yang seperti Bu Puni juga tergolong bersahaja ini, juga harus rela bolak-balik Jakarta-Sumba untuk mengontrol proyek mikro ini. Dia menyempatkan diri, dengan mengurangi sebanyak mungkin waktu rehatnya, di sela-sela tugas utama menggarap proyek mobil listrik untuk APEC.
''Alhamdulillah, kini sudah jalan. Sekarang saya siap tunjukkan ke Pak Dahlan. Kebetulan Agustus ini beliau akan ke NTT, nanti saya ajak lihat proyek saya,'' kata Ricky.
Sebelum ini, Ricky memang tidak banyak ngomong soal proyek listriknya itu dengan Dahlan Iskan. Dia mengaku baru aka memberi tahu kalau sudah berhasil. Rupanya, pria 33 tahun ini, sudah berpikir seperti orang Jepang: baru ngomong kalau memang sudah ada hasilnya.
Dengan cara berpikir seprerti orang Jepang itu pula, Ricky mengaku punya obsesi lebih. Dia ingin terus mengembangkan proyek pembangkit listrik mikro dengan memangaatkan tenaga alternatif non fosil itu. Dia ingin menciptakan motor-motor yang nantinya bisa dimanfaatkan, bukan saja untuk Indonesia, tapi di seluruh dunia.
''Di Jepang kami diajari demikian. Bukan saja, berpikir semata untuk negara kita, tapi untuk dunia. Saatnya kita makin serius menggunakan tenaga non fosil yang lebih aman dan ramah lingkungan,'' katanya.
Namun, Ricky tetap nasionalis. Untuk bisa mendunia, dia juga prinsip harus berbuat yang terbaik dulu buat Indonesia. Dia harus berkarya maksimal dulu, Demi Indonesia.
Dari situlah, Ricky pun punya obsesi mengikuti langkah Tri Mumpuni dan Ibeka-nya untuk membangun desa-desa di Indonesia. Antara lain, lewat pembangunan pembangkit listrik mikro tenaga angin, yang diikuti dengan konsep pembangunan pedesaan terpadu.
Untuk itu, Ricky mengaku perlu dukungan para pemuda Indonesia yang siap berjuang Demi Indonesia. Dia perlu, lulusan-lulusan perguruan tinggi yang membangun pelosok-pelosok terpencil di Indonesia.
''Saya sedih kalau mendengar ada lulusan teknik tapi bekerja di bank. Di kota besar lagi . Memang enak, tapi sungguh disayangkan bukan. Tenaga mereka sebenarnya lebih dibutuhkan untuk membangun Indonesia,'' ujarnya.
Namun, Ricky yakin tetap bisa menemukan generasi muda yang siap berjuang Demi Indonesia. Dia sudah membuktikan di Sumba. Dia berhasil mengajak beberapa anak muda dari berbagai daerah, untuk bergabung dengan masyarakat Sumba setempat, membangun desa mereka.
Ricky, yang berhasil diyakinkan Dahlan Iskan untuk kembali ke Indonesia ikut membangun negaranya, kini juga punya semangat ala Dahlan Iskan. Dia pun siap terus mencari para peuang muda Indonesia, untuk bersama-sama membangun negeri tercinta ini. Demi Indonesia Jaya.
Agung Pamujo
@pamzeppelin
No comments:
Post a Comment