Sebagai seorang pengusaha sukses, Chairul Tanjung (CT) mengungkap penilaiannya terhadap umat Islam di Indonesia. Menurutnya, umat Islam di Indonesia gagal memberdayakan dirinya di bidang ekonomi.
Penilaian CT ini disampaikan di hadapan tokoh-tokoh Islam di Jawa Timur, dan dihadiri kiai-kiai sepuh Nahdlatul Ulama dan Ketua Umum PBNU, Said Agil Sirajd saat memberi sambutannya di acara peresmian Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Sekaligus Ground Breaking Unusa Tower di komplek Rumah Sakit Islam (RSI) Jemusari Surabaya, Jawa Timur oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh dan Menteri BUMN Dahlan Iskan, Sabtu (27/7).
"Umat muslim di Indonesia jumlahnya sangat banyak. Namun yang sangat disayangkan, sebagai penduduk mayoritas umat Islam di Indonesia gagal di bidang ekonomi," ungkap dia.
Saya datang ke sini, lanjut dia, diminta oleh M Nuh untuk mendukung berdirinya Unusa. "Sangat disayangkan, penguasaan umat Islam di bidang ekonomi masih terlalu kecil dibanding jumlahnya. Karena jujur harus diakui, sumber daya (SDM) dari umat Islam masih kalah jauh dengan umat lain. Kita (umat Islam) kalah pintar, kalah ulet, kalah spirit dan kalah semuanya dengan umat non-muslim," uranya lagi.
Untuk itu, dalam sambutan singkatnya itu, CT mengimbau kepada selurh umat muslim agar memperbaiki SDM. "Kalau kita ingin maju, kita harus memperbaiki SDM, oleh karenanya saya mendukung PBNU dengan mendirikan Unusa di Surabaya ini," tandas dia.
Senada dengan CT, Menteri BUMN Dahlan Iskan juga mengungkapkan hal yang sama. "Minggu lalu, saat saya berkunjung ke Madura, saya sangat merisaukan kondisi pendidikan di pondok salaf. Saya menarik kesimpulan, sebaiknya pendidikan salaf juga merasakan jenjang pendidikan umum. Kiai salaf, juga harus punya target. Pada usia 23 tahun, santri salaf harus matang memberdayakan dirinya di bidang ekonomi," kritik dia.
Dahlan juga menyesalkan, sebagai lulusan pondok salaf, dia juga mengakui gagal di bidang ilmu mesin. "Saya sangat menyesal, sebagai alumni pondok salaf, saya tidak mampu menguasai ilmu alat. Sehingga saya gagap di bidang ini," sesal Dahlan.
Dia menandaskan, seorang santri pondok pesantren, di usia 23 hingga 29 tahun, adalah masa jatuh bangun. "Sebelum menginjak usia 23 tahun, santri harus ditempa di berbagai keilmuan di samping ilmu agama. Selanjutnya di usia 23 hingga 29 tahun, adalah masa-masa jatuh bangun. Pada umur 29 tahun ke atas, seorang santri harus bersungguh-sungguh memberdayakan dirinya dan menjadi benar-benar matang."
Selain itu, Dahlan juga menilai, keberadaan pondok salah di Indonesia harus dipertahankan. "Kehebatan pondok salaf adalah kemandirian, dan kalau terlalu banyak dibantu pemerintah, justru malah terkooptasi oleh pemerintah, maka harus mempertahankan kemandirian. Inilah imbrio dan jalan keluar bagi keterpurukan umat Islam di dunia ekonomi. Mudah-mudahan, berdirinya Unusa ini, bisa menjawab tantangan umat Islam ke depan," tandas dia.
Penilaian CT ini disampaikan di hadapan tokoh-tokoh Islam di Jawa Timur, dan dihadiri kiai-kiai sepuh Nahdlatul Ulama dan Ketua Umum PBNU, Said Agil Sirajd saat memberi sambutannya di acara peresmian Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Sekaligus Ground Breaking Unusa Tower di komplek Rumah Sakit Islam (RSI) Jemusari Surabaya, Jawa Timur oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh dan Menteri BUMN Dahlan Iskan, Sabtu (27/7).
"Umat muslim di Indonesia jumlahnya sangat banyak. Namun yang sangat disayangkan, sebagai penduduk mayoritas umat Islam di Indonesia gagal di bidang ekonomi," ungkap dia.
Saya datang ke sini, lanjut dia, diminta oleh M Nuh untuk mendukung berdirinya Unusa. "Sangat disayangkan, penguasaan umat Islam di bidang ekonomi masih terlalu kecil dibanding jumlahnya. Karena jujur harus diakui, sumber daya (SDM) dari umat Islam masih kalah jauh dengan umat lain. Kita (umat Islam) kalah pintar, kalah ulet, kalah spirit dan kalah semuanya dengan umat non-muslim," uranya lagi.
Untuk itu, dalam sambutan singkatnya itu, CT mengimbau kepada selurh umat muslim agar memperbaiki SDM. "Kalau kita ingin maju, kita harus memperbaiki SDM, oleh karenanya saya mendukung PBNU dengan mendirikan Unusa di Surabaya ini," tandas dia.
Senada dengan CT, Menteri BUMN Dahlan Iskan juga mengungkapkan hal yang sama. "Minggu lalu, saat saya berkunjung ke Madura, saya sangat merisaukan kondisi pendidikan di pondok salaf. Saya menarik kesimpulan, sebaiknya pendidikan salaf juga merasakan jenjang pendidikan umum. Kiai salaf, juga harus punya target. Pada usia 23 tahun, santri salaf harus matang memberdayakan dirinya di bidang ekonomi," kritik dia.
Dahlan juga menyesalkan, sebagai lulusan pondok salaf, dia juga mengakui gagal di bidang ilmu mesin. "Saya sangat menyesal, sebagai alumni pondok salaf, saya tidak mampu menguasai ilmu alat. Sehingga saya gagap di bidang ini," sesal Dahlan.
Dia menandaskan, seorang santri pondok pesantren, di usia 23 hingga 29 tahun, adalah masa jatuh bangun. "Sebelum menginjak usia 23 tahun, santri harus ditempa di berbagai keilmuan di samping ilmu agama. Selanjutnya di usia 23 hingga 29 tahun, adalah masa-masa jatuh bangun. Pada umur 29 tahun ke atas, seorang santri harus bersungguh-sungguh memberdayakan dirinya dan menjadi benar-benar matang."
Selain itu, Dahlan juga menilai, keberadaan pondok salah di Indonesia harus dipertahankan. "Kehebatan pondok salaf adalah kemandirian, dan kalau terlalu banyak dibantu pemerintah, justru malah terkooptasi oleh pemerintah, maka harus mempertahankan kemandirian. Inilah imbrio dan jalan keluar bagi keterpurukan umat Islam di dunia ekonomi. Mudah-mudahan, berdirinya Unusa ini, bisa menjawab tantangan umat Islam ke depan," tandas dia.
No comments:
Post a Comment