Thursday, August 8, 2013

Maaf Dahlan Iskan (Edisi Lebaran)

Nanik S Deyang (NSD), seorang wartawan senior. Pernah bercerita di akun FB miliknya. Suatu sore dia bercakap-cakap dengan Dahlan Iskan. Tiba-tiba Dahlan Iskan ditelpon oleh sang istri. Setelah selesai menerima telpon, Dahlan Iskan kemudian bercerita. Bahwa istrinya baru saja melaporkan bahwa dia baru pulang menjenguk seseorang yang sedang sakit.


Menurut NSD seseorang itu adalah mantan anak buahnya. Mantan petinggi Jawa Pos. Yang dulu pernah menghianati dan menghujat Dahlan Iskan habis-habisan. Malah Dahlan Iskan nyaris hancur dibuatnya.

Sebagaimana manusia biasa tentu Dahlan Iskan merasa sakit hati dan kecewa.

Namun beberapa waktu yang lalu, saat menghadiri acara reuni wartawan Tempo. Dahlan Iskan mendapat kabar dari Linda Jalil, seorang wartawan senior Tempo. Bahwa orang yang telah menghianatinya dulu itu sekarang sedang sakit keras dan tidak berdaya. Harus melakukan cuci darah dan membutuhkan biaya besar. Dahlan Iskanpun termenung mendengar cerita ini.

Kemudian Dahlan Iskan menyuruh istrinya menjenguk mantan anak buahnya ini. Sang istri menolak. Dia rupanya masih belum bisa melupakan sepenuhnya perlakuan menyakitkan orang tersebut. Dahlan Iskan mengatakan kalau istrinya lebih marah dari dia sendiri. Tapi berkat desakan Dahlan Iskan akhirnya istrinya mengalah. Pergi menjenguk sekaligus membawakan biaya pengobatan.

Sebagai orang yang mengetahui latar belakang dahsyatnya masalah Dahlan Iskan dengan mantan anak buahnya tersebut. Tentu NSD heran. Tidak habis fikir kenapa Dahlan Iskan bisa memaafkan begitu saja orang yang telah menghianatinya. Yang telah “menghabisinya” hingga nyaris hancur. Bukan saja memaafkan tapi sekaligus membawakan biaya pengobatan.

NSD kemudian bertanya bagaimana Dahlan Iskan bisa melakukan itu?

Dahlan Iskan menarik nafas panjang dan menerawang. Dan berkata: “Dari dia saya belajar kehidupan untuk tidak menyakiti orang lain ,” katanya. Maksudnya? Tanya NSD. ” Ya karena saya pernah disakiti, dan disakiti itu sakit banget, maka saya bertekad untuk tidak menyakiti orang dan bicara jelek tentang orang lain, cukup berhenti di saya saja yg merasakan sakit…” kata Dahlan tenang.

NSD terdiam. Melihat NSD terdiam Dahlan Iskan melanjutkan: “Deyang setiap hari pasti ada orang yg tidak suka atau membenci kita dengan berbagai alasan, kalau kita tidak memaafkan, betapa banyaknya musuh kita…” katanya.

NSD termenung dan berucap dalam hati: “Ya Rab , rasanya memang sy harus lebih banyak lagi belajar kehidupan dari Dahlan. Dan orang-orang seperti Dahlan yg tdk pernah mau menumpuk persoalan dalam hati, dan selalu berfikir positip. “

Dari cerita di atas mungkin dapat kita pahami. Bahwa orang seperti Dahlan Iskan inilah yang dimaksud Can Nun. Termasuk dari sedikit orang yang tidak bertele-tele dalam hidupnya.

Terlalu banyak orang yang bertele-tele hidupnya dengan terus menerus membiarkan pikiran dan hatinya dipenuhi dengki. Dipenuhi fitnah tentang ini dan kepada itu. Dikili-kili prasangka-prasangka dan digerogoti dutuhan-tuduhan. Baik yang diungkapkan, diterapkan, maupun yang dibiarkan terpelihara di dalam dirinya sampai hari tuanya.

Tapi menurut Can Nun. Orang-orang seperti ini patut kita kagumi. Karena tenaga hidupnya sangat besar. Sehingga tidak kelelahan bersikap demikian.

Dan lebih mengagumkan lagi karena bersamaan dengan memelihara fitnah, mereka tetap mampu melakukan ibadah, sembahyang, bersujud dan berdo’a minya banyak-banyak kepada Tuhan.

Meski memang benar orang-orang yang hidupnya bertele-tele ini memerlukan energi yang sangat besar. Tentu Cak Nun hanya menyindir dengan mengatakan kekaguman kepada mereka. Cak Nun sebenarnya hanya mengingatkan bahwa hidup dengan memelihara dendam itu melelahkan dan membutuhkan energi besar. Dan Cak Nun juga menyindir, tidak sedikit orang yang ahli ibadah tapi ahli juga memelihara dendam, iri dan dengki.

Kembali lagi kita Dahlan Iskan. Kita masih ingat perseteruannya dengan DPR. Dimulai dari keinginannya mendelegasikan sebagian wewenangnya ke jajaran di bawahnya. Dilanjutkan dengan masalah tuduhan inefisiensi PLN dan permintaan upeti DPR ke BUMN.

Dahlan Iskan mendapat kecaman yang luar biasa dari DPR. Kalau kecamannya dengan kata-kata yang dewasa dan profesional mungkin biasa. Tapi kecaman yang dilakukan DPR membuat kita menarik nafas panjang.

Bagaimana kita dipertontonkan sikap kasar dan kata-kata kotor anggota DPR ke Dahlan Iskan. Mulai dari Effendi Simbolon yang mengatakan Dahlan Iskan menteri gila. Harus diperiksa kesehatan jiwanya. Ada juga yang menyerang pribadi Dahlan Iskan. Anak istri Dahlan Iskan dijadikan bahan olok-olok di gedung Senayan dan disiarkan langsung di TV nasional. Perusahaan pribadi Dahlan Iskan diungkit-ungkit. Air botol mineral bahkan mobil listrik Dahlan Iskan juga dicemooh.

Dahlan Iskan hanya tersenyum. Tidak mau terpancing membahas sesuatu yang diluar esensi masalah. Lebih jauh Dahlan Iskan tetap berusaha menjalin hubungan baik dengan anggota DPR yang telah menghinanya.

Meski sejak menjabat Dirut PLN Dahlan Iskan selalu mendapat perlakuan kasar dari Effendi Simbolon. Bahkan pernah sampai diusir dari ruang rapat. Namun setiap natal Dahlan Iskan selalu menyempatkan diri ke rumah Effendi Simbolon. Mengulurkan tangan untuk bermaaf-maafan. Tidak perduli uluran tangannya diacuhkan dan terkadang dicemooh.

Begitu juga dengan anggota DPR yang tersangkut kasus permintaan upeti. Dan ada beberapa orang tidak cukup bukti. Dahlan Iskan mendatanginya satu persatu ke kampung halamannya. Berkeliling dari Jawa, Sulawesi hingga Sumatera. Meminta maaf langsung kepada yang bersangkutan, keluarga dan masyarakat. Bersimpuh mencium tangan ibunda sang anggota DPR. Karena Dahlan memahami betapa sedihnya sang ibu mendengar anaknya tersanggut dugaan korupsi.

Sebaliknya, Dahlan Iskan tidak pernah melempar kesalahan ke anak buahnya yang salah lapor.

Ahh… Dahlan Iskan memang manusia biasa. Tidak luput dari kesalahan dan khilaf. Tapi dia menjadi manusia yang istimewa dan patut kita teladani. Ketika dia begitu cepat meminta maaf. Begitu tulus memberi maaf. Di tengah banyaknya dari kita yang memilih hidup bertele-tele. Mencurahkan energi yang begitu besar. Memelihara iri, dengki, serta dendam selama hayat.

Lebih jauh lagi, Dahlan Iskan mampu mengambil pembelajaran hidup yang begitu berharga dari orang yang pernah menyakitinya.

Bagaimana dengan kita yang masih suka hidup bertele-tele? Maukah berubah? Sebanyak mungkin meminta maaf dan memberi maaf. Mulai saat ini. Mulai lebaran ini?. ***

1 comment:

  1. Terima kasih Mbak NSD, atas tulisannya yg sangat menyentuh dan menginspirasi.. saya mmg pernah baca bahwa Dahlan datang kampung halaman Ahsanul Qosasih dan Efendi Simbolon, meminta maaf secara langsung pada ibunda Ahsanul. Sungguh kebesaran jiwa yg luat biasa...sayangnya yg seperti ini tidak diberitakan secara luas, sehingga banyak yg menganggap Dahlan hanya bisa lempar batu sembunyi badan. Semoga para haters membaca ini dg hati yg jernih..

    ReplyDelete