AKHIR RAMADAN selalu dilewatkan bos saya Dahlan Iskan di Makkah Al-Mukarramah. Itu dilakukan Pak Dahlan sudah lebih lima tahun yang lalu. Biasanya Pak Dahlan sudah berada di Makkah sejak malam 20 Ramadan sampai Idulfitri tiba. Setelah itu Pak Dahlan menyempatkan berziarah ke makam Rasulullah Muhammad SAW di Kota Madinah Al-Munawwarah dua sampai tiga hari, barulah kembali ke Tanah Air.
Sesampainya di rumah di Surabaya, Pak Dahlan sudah menyiapkan acara halalbihalal dengan semua karyawan Jawa Pos Group dan masyarakat Surabaya. Untuk Ramadan kali ini Pak Dahlan baru bisa berangkat ke Makkah Sabtu siang tadi, disertai Bu Dahlan, sekretaris pribadinya bernama Azis beserta istri dan sahabat karibnya, Mikratul Mukminin juga beserta istrinya.
Kali ini Pak Dahlan hanya akan seminggu berada di Makkah. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, yang menghabiskan 10 hari terakhir Ramadan sepenuhnya di Makkah. Itupun masih dilanjut berziarah ke Madinah. Maklum jadwal sebagai Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Meneg BUMN) semakin padat, semakin banyak pekerjaan yang harus dituntaskan secepatnya.
Namun ketika bertemu Pak Dahlan di Lombok, saya sempat mencandainya, karena akhir-akhir ini Pak Dahlan sering mengunjungi pesantren, kayaknya jadi tahu kapan malam Lailatulkadar datang. Tak perlu mencegatnya sejak malam ke-20 Ramadan. Pak Dahlan langsung tertawa lebar. “He..he.. Anda betul. Dan kali ini ke Makkah-nya tidak semata berburu Lailatulkadar, tapi juga kerja.
Saya akan mengunjungi proyek-proyek yang dikerjakan perusahaan BUMN di Makkah,” katanya. Pak Dahlan memang sudah dijadwalkan bertemu dengan direksi perusahaan konstruksi terbesar di Saudi Arabia, Saudi Bin Ladin untuk membicarakan beberapa proyek. Saat ini perusahaan-perusahaan konstruksi BUMN, di antaranya Wijaya Karya Tbk (WIKA), ikut mengerjakan proyek pengembangan kompleks Masjid Al-Haram di Makkah.
Selain itu itu juga tengah membahas pembangunan dua tower hotel di Makkah bernilai belasan triliun rupiah. Selain jadwal sebagai menteri itu, Pak Dahlan hanya menghabiskan waktunya di Masjid Al-Haram yang menjadi pusat peribadatan, untuk berumrah dan mengaji Alquran. Biasanya selama berada di Makkah itu Pak Dahlan bisa khatam (habis membaca semua ayat Alquran) sedikitnya dua kali.
Dalam canda saya dengan Pak Dahlan soal akhir-akhir ini sering mengunjungi pesantren, Pak Dahlan mengatakan memang diniatkan untuk menyemangati para santri, agar semakin giat belajar dan bekerja. Sebab sudah terbukti ada santri yang bisa menjadi menteri. Pak Dahlan memang lulusan pesantren Sabilal Muttaqin Takeran, Jawa Timur, sejak ibtidaiyah (setingkat sekolah dasar), sampai aliah (SLTA).
Karena itu Pak Dahlan pun sudah terbiasa dengan kehidupan pesantren. Meskipun kunjungannya ke daerah-daerah di Indonesia itu, dalam kapasitasnya sebagai menteri, Pak Dahlan lebih sering menginap di pesantren, tidur beralaskan tikar, tanpa penyejuk udara.
Di pesantren itu Pak Dahlan biasa ikut salat subuh berjamaah, setelah itu dilanjutkan acara berbagi pengalaman. Pak Dahlan menceritakan bagaimana seorang santri bisa menjadi menteri. Intinya, “Tidak pernah berhenti kerja keras, berpikir cerdas dan jujur.”
Catatan Zainal Muttaqin
Sesampainya di rumah di Surabaya, Pak Dahlan sudah menyiapkan acara halalbihalal dengan semua karyawan Jawa Pos Group dan masyarakat Surabaya. Untuk Ramadan kali ini Pak Dahlan baru bisa berangkat ke Makkah Sabtu siang tadi, disertai Bu Dahlan, sekretaris pribadinya bernama Azis beserta istri dan sahabat karibnya, Mikratul Mukminin juga beserta istrinya.
Kali ini Pak Dahlan hanya akan seminggu berada di Makkah. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, yang menghabiskan 10 hari terakhir Ramadan sepenuhnya di Makkah. Itupun masih dilanjut berziarah ke Madinah. Maklum jadwal sebagai Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Meneg BUMN) semakin padat, semakin banyak pekerjaan yang harus dituntaskan secepatnya.
Namun ketika bertemu Pak Dahlan di Lombok, saya sempat mencandainya, karena akhir-akhir ini Pak Dahlan sering mengunjungi pesantren, kayaknya jadi tahu kapan malam Lailatulkadar datang. Tak perlu mencegatnya sejak malam ke-20 Ramadan. Pak Dahlan langsung tertawa lebar. “He..he.. Anda betul. Dan kali ini ke Makkah-nya tidak semata berburu Lailatulkadar, tapi juga kerja.
Saya akan mengunjungi proyek-proyek yang dikerjakan perusahaan BUMN di Makkah,” katanya. Pak Dahlan memang sudah dijadwalkan bertemu dengan direksi perusahaan konstruksi terbesar di Saudi Arabia, Saudi Bin Ladin untuk membicarakan beberapa proyek. Saat ini perusahaan-perusahaan konstruksi BUMN, di antaranya Wijaya Karya Tbk (WIKA), ikut mengerjakan proyek pengembangan kompleks Masjid Al-Haram di Makkah.
Selain itu itu juga tengah membahas pembangunan dua tower hotel di Makkah bernilai belasan triliun rupiah. Selain jadwal sebagai menteri itu, Pak Dahlan hanya menghabiskan waktunya di Masjid Al-Haram yang menjadi pusat peribadatan, untuk berumrah dan mengaji Alquran. Biasanya selama berada di Makkah itu Pak Dahlan bisa khatam (habis membaca semua ayat Alquran) sedikitnya dua kali.
Dalam canda saya dengan Pak Dahlan soal akhir-akhir ini sering mengunjungi pesantren, Pak Dahlan mengatakan memang diniatkan untuk menyemangati para santri, agar semakin giat belajar dan bekerja. Sebab sudah terbukti ada santri yang bisa menjadi menteri. Pak Dahlan memang lulusan pesantren Sabilal Muttaqin Takeran, Jawa Timur, sejak ibtidaiyah (setingkat sekolah dasar), sampai aliah (SLTA).
Karena itu Pak Dahlan pun sudah terbiasa dengan kehidupan pesantren. Meskipun kunjungannya ke daerah-daerah di Indonesia itu, dalam kapasitasnya sebagai menteri, Pak Dahlan lebih sering menginap di pesantren, tidur beralaskan tikar, tanpa penyejuk udara.
Di pesantren itu Pak Dahlan biasa ikut salat subuh berjamaah, setelah itu dilanjutkan acara berbagi pengalaman. Pak Dahlan menceritakan bagaimana seorang santri bisa menjadi menteri. Intinya, “Tidak pernah berhenti kerja keras, berpikir cerdas dan jujur.”
Catatan Zainal Muttaqin
No comments:
Post a Comment