Saturday, July 20, 2013

Dahlan Iskan: Khotbah Tarawih Yang Memukau di Mesjid Sunda Kelapa

Hebat dan hebat, betul-2 memukau jemaah Mesjid Agung Sunda Kelapa ( MASK ). Sayang , jatah khotbah tarawih cuma setengah jam.

Bermula tanpa sengaja saya mampir lagi di MASK berbuka puasa , dapat makan gratis ya senang. Setelah berbuka dengan nasi kotak yang lengkap lauknya, dilanjutkan dengan magrib. Istirahat sebentar kemudian dilanjutkan dengan Isya.


Maksud hati setelah Isya pulang. Namun rencana berubah setelah mendengar pengumuman , bahwa penceramah pak Dahlan Iskan. Dan pak DI juga penyumbang seribu nasi kotak tadi.

Saya tidak heran kalau dia muncul sebagai penceramah, karena dia toh jebolan pesantren. Singkat cerita dia muncul tidak pakai atribut ustadz, dia muncul dengan seragam kebanggaannya, tanpa peci. Namun dia tidak mau naik mimbar, cuma pidato berdiri didepan jemaah.

Dan inilah kira-2 isi khotbah beliau ;

1. Umat Islam Indonesia, terutama golongan muda lagi bangkit secara ekonomi.

Sekarang ada 130 jt lebih golongan tidak miskin ( gol. menengah ?), sebagian besar umat muslim. Masih ada 39 jt gol. miskin, juga sebagian besar umat Islam

2. 130 jt orang itu bisa jadi mesin kemajuan bangsa, namun bisa juga kehancuran.

3. Gol menengah ini adalah orang yang tidak sabar, orang tidak mau miskin lagi, gol yang sangat dinamis. Semua mau serba cepat, mereka tidak mau lagi berkirim surat bertele-tele, mau singkat kayak SMS saja, kalau mereka bangun mesjid, mesti pakai AC , pakai karpet empuk. Istilah mereka bukan lagi menyantuni anak yatim , tapi memuliakan anak yatim. Semuanya harus serba cepat.

4. Gol ini akan menimbulkan persoalan bagi negara. Sudahkah kita punya birokrasi yang bisa meladani mereka. Punyakah kita birokrasi yang juga dinamis sehingga bisa synchron dengan mereka. Kalau saja birokrasi kita bisa juga dinamis dan pemimpinnya bisa mengambil putusan yang cepat ( nyindir ni ? ) maka negara ini akan maju.

5. Bagaimana kalau pimpinannya lambat dan birokrasi letoy. Akan terjadi kekacauan.

6. Atau gol tersebut harus menyesuaikan diri dengan birokrasi yang letoy ?.

Mana mungkin ?

Setengah jam berlalu tanpa terasa.

Kita doakan semoga pak DI tetap jadi pelopor pembaharuan, tetap jadi pimpinan.

No comments:

Post a Comment