Menteri BUMN Dahlan Iskan hari ini memimpin rapat dengan direksi Perum Perhutani membahas pengembangan tanaman porang di masyarakat. Tanaman porang jadi 'mainan' baru Dahlan, selain mendorong bisnis kelinci, pengembangan daging sapi, hingga mobil listrik.
Mantan bos PT PLN ini mengatakan tanaman umbian (porang) yang bisa digunakan sebagai tepung makanan. Selain itu, tingkat pengembalian investasi bisnis tanaman porang cukup menjanjikan.
"Perkebunan porang itu bisa mengentasi kemiskinan besar. Ini tanaman sela di hutan Perhutani seperti kunyit, jahe, jarak. Ini hasilnya 10 kali lipat dari jahe," tutur Dahlan saat membuka jalannya rapat, Selasa (29/1/2013).
Pada kesempatan itu, Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto menjelaskan tanaman porang ini bisa ditanam di sela pepohonan yang dimiliki Perhutani.
Tanaman yang telah dikembangkan pada beberapa lokasi di Jawa Timur ini, diakuinya membutuhkan investasi awal yang tinggi namun berbiaya rendah pasca panen di tahun ketiga.
"Porang ditanam sekali, bisa diproduksi terus menurus. Investasi awal cukup mahal karena perlu tanah yang agak gembur. Butuh Rp 15,4 juta per hektar di tahun 1, tahun ke-2 butuh Rp 6,29 juta, tahun ke-3 butuh Rp 10,07 juta," tambahnya.
Saat rapat, Dahlan meminta penjelasan soal tingkat pengembalian investasi atau Internal Rate of Return (IRR) yang belum jelas dari bisnis tanaman porang. Akhirnya setelah dihitung-hitung tingkat IRR dari bisnis tanaman porang sangat baik.
"IRR-nya 54%, itu bisnisnya tutup mata aja bisa jalan, IRR 20% itu sudah jadi rebutan. Apakah ini perlu didiskusikan? Berarti nggak perlu ya. Bank manapun akan rebutan untuk membiayai," cetusnya.
Mantan bos PT PLN ini mengatakan tanaman umbian (porang) yang bisa digunakan sebagai tepung makanan. Selain itu, tingkat pengembalian investasi bisnis tanaman porang cukup menjanjikan.
"Perkebunan porang itu bisa mengentasi kemiskinan besar. Ini tanaman sela di hutan Perhutani seperti kunyit, jahe, jarak. Ini hasilnya 10 kali lipat dari jahe," tutur Dahlan saat membuka jalannya rapat, Selasa (29/1/2013).
Pada kesempatan itu, Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto menjelaskan tanaman porang ini bisa ditanam di sela pepohonan yang dimiliki Perhutani.
Tanaman yang telah dikembangkan pada beberapa lokasi di Jawa Timur ini, diakuinya membutuhkan investasi awal yang tinggi namun berbiaya rendah pasca panen di tahun ketiga.
"Porang ditanam sekali, bisa diproduksi terus menurus. Investasi awal cukup mahal karena perlu tanah yang agak gembur. Butuh Rp 15,4 juta per hektar di tahun 1, tahun ke-2 butuh Rp 6,29 juta, tahun ke-3 butuh Rp 10,07 juta," tambahnya.
Saat rapat, Dahlan meminta penjelasan soal tingkat pengembalian investasi atau Internal Rate of Return (IRR) yang belum jelas dari bisnis tanaman porang. Akhirnya setelah dihitung-hitung tingkat IRR dari bisnis tanaman porang sangat baik.
"IRR-nya 54%, itu bisnisnya tutup mata aja bisa jalan, IRR 20% itu sudah jadi rebutan. Apakah ini perlu didiskusikan? Berarti nggak perlu ya. Bank manapun akan rebutan untuk membiayai," cetusnya.
No comments:
Post a Comment