Friday, October 18, 2013

Angin Itu Bertiup Makin Kencang, Sahabat...



Mengalirnya dukungan pada terobosan-terobosan Dahlan Iskan membuat mereka yang selama ini menikmati kenyamanan mulai gerah dan melawan. Mereka kuatir periuk berlian mereka bakal berkurang kalau Dahlan memimpin negeri ini.

Sudah belasan Direktur BUMN yang dipecat Dahlan begitu terindikasi korupsi. Ada Dirut yang dipecat 'hanya' karena istrinya memakai mobil dinas. Bahkan seorang komisaris BUMN dipecat hanya karena menolak menyerahkan laporan kekayaan ke KPK. Mereka kuatir, kalau kewenangan Dahlan lebih luas dari sekedar BUMN, keamanan mereka akan terancam. Apalagi Dahlan sudah punya rencana, kalau jadi presiden, para koruptor-koruptor itu, selain dituntut secara pidana juga akan dituntut secara perdata sehingga harta kekayaan mereka akan disita negara.


Penerapan membranisasi garam akan mengancam para importir garam. Budidaya sorgum besar-besaran akan mengancam importir terigu. Ide pembelian peternakan sapi di Australia membuat mafia sapi ketir-ketir. Aplikasi Food Estate BUMN akan memiskinkan importir beras. Revolusi oranye dengan membuat perkebunan buah tropis skala besar mengancam importir buah. Upaya Dahlan memaksa Pertamina membangun kilang minyak sendiri, juga membangun pabrik-pabrik bioethanol membuat mereka yang bergelimang kekayaan dari impor minyak/bbm belingsatan. Di otak mereka, siapapun boleh jadi presiden, asal bukan Dahlan.

Segala cara mereka tempuh, mulai isu punya istri 7, sampai memelintir inefisiensi PLN 37,5 Triliun menjadi kasus seolah-olah korupsi.

Terakhir, mereka yang menamakan diri Jaringan Advokat Publik (JAP) melaporkan kasus "seolah-olah korupsi" ini ke Bareskrim Polri. LUCU. Kasus korupsi kok di laporkan ke Polri, kenapa gak langsung ke KPK saja? Emangnya Dahlan mencuri kabel listrik jadi lapornya ke polri? Mereka ke Bareskrim sebenarnya hanya untuk membuat publikasi negatif.

Ada juga sekelompok mahasiswa yang nekat melaporkan ini ke KPK. Padahal, ketua BPK saja sudah membuat keterangan resmi bahwa kasus inefisiensi ini bukan kesalahan PLN semata, dan bukan kasus korupsi.

Tapi tenang sahabat, kalau kasus inefisiensi PLN ini dibongkar, akan ketahuan siapa-siapa yang sebenarnya bermain. Siapa yang membuat PLN kesulitan mendapatkan gas. Siapa yang dulu mengimpor gas-gas kita dengan harga murah yang kata beberapa analis menyebabkan kerugian negara 30 triliun/tahun selama 25 tahun! Impor gas yang membuat PLN terpaksa memakai solar yang 4 kali lebih mahal. Kelangkaan gas yang membuat pabrik-pabrik pupuk terpaksa menjual pupuknya lebih mahal pada para petani.

Ini belum seberapa sahabat....ke depan, angin akan menerjang lebih kencang. Bahkan badai yang diluar bayangan kita. Jangan kaget, bersiap-siaplah.

Kalau buat Dahlan "jadi presiden Bismillah, kalo nggak jadi Alhamdulillah" katanya pada sebuah acara Halal Bi Halal bulan lalu. Tapi apakah kita akan rela terus-terusan membeli daging, cabe, bawang dengan harga yang lebih mahal karena kita tak mampu mandiri dan mengandalkan impor? Apakah akan kita biarkan koruptor2 itu kalaupun tertangkap, cuma berleha-leha sebentar di penjara, lalu keluar dan tetap kaya raya?

No comments:

Post a Comment